Profil Perkumpulan Gita Buana

Profil Perkumpulan Gita Buana
Gita Buana didirikan pada tahun 1987. Berawal dari sekelompok anak muda pecinta alam yang gemar berpetualang, mendaki gunung, dan menjelajah rimba. Rupanya di sepanjang perjalanan petuangannya, mereka melihat dan menemukan banyak sekali situasi, keadaan dan hal‐hal yang tidak sesuai dengan cita‐cita luhur para pendiri Bangsa. Masyarakat pedesaan yang hidup tidak layak, petani yang menderita, desa yang terisolir baik secara transportasi, konunikasi dan informasi, sebuah keadaan dimana kemajuan yang seharusnya dinikmati tak sedikitpun dirasakan.
Sebagaimana layaknya anak muda pada masa itu, melihat situasi diatas, berbagai kegesilahan membuncah dalam sanubari mereka. Semangat perlawanan kaum muda mereka muncul, situasi ini harus dilawan, harus dirubah, anak muda sebagai kekuatan utama membangun bangsa harus berbuat sesuatu untuk merubah keadaan. Dua tahun kemudian, pada tahun 1989. Atas bimbingan dari beberapa orang aktivis senior dari berbagai daerah, sekolompok anak muda pencinta alam tadi, dengan keyanikinan penuh, bertransformasi menjadi Aktivis Lingkungan Hidup dan mendirikan Yayasan Gita Buana sebagai media perjuangan dan ideologi [IK1] mereka.
Diawali dengan kegiatan pendampingan dan permberdayaan petani aren, perjuangan ideologi Gita Buana terus berlangsung hingga sekarang. Hingga saat ini, tercatat lebih dari 20 (Dua Puluh) desa di Provinsi Jambi sudah merasakan “Tangan Dingin” Gita Buana melalui program‐program pendampingan dan pemberdayaan ekonomi hingga memfasilitasi pengelolaan Hutan Adat di desa Batu Kerbau bersama KKI Warsi, PSHK‐Oda dan ICRAF di Kabupaten Bungo. Selain hal tersebut, Gita Buana juga dikenali oleh semua pihak di Provinsi Jambi sebagai lembaga pertama yang mampu membudidayakan dan Jernang di Desa Lamban Sigatal.
Sepanjang sejarahnya, Yayasan Gita Buana tentu saja menghadapi banyak tantangan, pasang surut dan berbagai cobaan yang tidak mudah. Namun semua itu dapat di atasi karena prinsip kekeluargaan dalam konteks relasi personal dan prinsip profesionalitas dalam konteks pekerjaan yang masih dipegang teguh oleh seluruh komponen dan anggota Gita Buana. Dua prinsip dasar ini yang membuat Gita Buana tetap eksis dan berkiprah di Provinsi Jambi meskipun pada tahun 2015 Yayasan Gita Buana merubah bentuk badan hukumnya menjadi Perkumpulan Gita Buana.
Selain berhasil mengembangkan berbagai produk‐produk unggulan di sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian masyarakat di desa‐desa di Provinsi Jambi, Gita Buana juga dikenal sebagai lembaga yang menghasilkan para aktivis lingkungan yang beritegritas di Provinsi Jambi. Sejarah mencatat, Gita Buana terlibat dalam membidani beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/ Non Goverment Organization (NGO) di Provinsi Jambi seperti KKI WARSI, WALHI Jambi dan YLBHL. KKI WARSI bahkan dikenal sebagai salah satu NGO yang memiliki popularitas tingkat nasional. Selain itu, para anggota Gita Buana secara mandiri mendirikan pula beberapa lembaga LSM/ NGO seperti, Yayasan Sialang, dan YASA di Provinsi Riau, Yayasan WALESTRA, Yayasan WALET, Yayasan Cakrawala, Yayasan Prakarsa Madani Institut di Provinsi Jambi. Semua lembaga tersebut tetap eksis dan berkontribusi besar terhadap upaya‐upaya perbaikan kebijakan dan pelestarian sumber daya alam di Provinsi Jambi.
Besarnya kontribusi Yayasan Gita Buana tersebut tidak terlepas dari tersedianya Sumber Daya Manusia yang berlimpah yang dihasilkan oleh Gita Buana Club (organisasi Pencinta Alam yang masih eksis sejak 1987) sebagai tulang punggungnya. Aset Sumber Daya Manusia Perkumpulan Gita Buana. Selain memiliki aset anggota yang berasal dari kelompok pecinta alam, Perkumpulan Gita Buana juga diberkati dengan aset anggota yang bekerja sebagai Dosen, pejabat pemerintah serta para pekerja profesional yang bekerja dilembaga‐lembaga yang berlabel nasional dan intenasional. Meskipun sudah memiliki pengalaman panjang dalam memperjuangkan ideologinya dan telah pula mendapatkan kepercayaan dari banyak pihak selama 30 tahun, namun satu hal yang tidak berubah adalah Perkumpulan Gita Buana masih sangat bergantung pada Donor.
Meskipun di satu sisi hal ini baik, karena membuktikan kapasitas, integritas dan Akuntabilitas namun disisi lain hal ini tentu saja tidak baik jika dilihat dari tujuan jangka panjang Perkumpulan Gita Buana di masa yang akan datang. Apapun itu, sebuah ketergantungan tetap saja merupakan sesuatu yang berisiko bagi eksistensi dan masa depan Perkumpulan Gita Buana.
Di sisi lain, semakin banyaknya lembaga‐lembaga sejenis tentu saja akan menghadirkan persaingan yang semakin ketat dan berat bagi semua lembaga tak terkecuali bagi Perkumpulan Gita Buana. Disamping itu, semakin terbukanya sarana informasi dan komunikasi sebagai produk akhir dari kemajuan teknologi informasi telah pula merubah cara pandang dan cara kerja dunia. Perubahan cara pandang dan cara kerja lembaga‐ lembaga dunia secara langsung berdampak pada perubahan isu‐isu strategis yang diusung oleh lembaga donor dan pemerintah Indonesia. Situasi ini menuntut Perkumpulan Gita Buana untuk dapat beradaptasi dengan cepat dan lincah dengan kemajuan jaman, perkembangan teknologi dan perkembangan isu strategis dunia dan isu strategis pemerintah Indonesia.
Pemerintah Indonesia sendiri sedang menyusun sebuah pondasi ekonomi yang kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan total PDRB no 3 terbesar dunia pada tahun 2045. Meskipun Pemerintah Indonesia berkomitmen bahwa semua yang dilakukan tetap berpegang pada sasaran Sustainable Devolopment Goals (SDG’s) namun, tak dapat dipungkiri, apa pun pendekatan dan strategi yang digunakan akan berdampak pada kelestarian Sumberdaya Alam dan Ketersediaan Lingkungan Hidup yang Sehat bagi masyarakat Indonesia. Inilah yang akan menjadi tantangan bagi semua lembaga dan aktivis lingkungan hidup di Indonesia. Tantangan yang juga akan dihadapi oleh Perkumpulan Gita Buana dimasa yang akan datang.
Menyikapi dua situasi diatas maka, “Sudah Waktunya” Perkumpulan Gita Buana memiliki sebuah STRATEGI baru yang memungkinkan untuk mentransformasikan dirinya menjadi organisasi yang berorientasi pada kecakapan dan responsif terhadap perkembangan isu strategis dunia internasional dan isu strategis pemerintah Indonesia, berorientasi pada pemanfaatan kemajuan teknologi. Namun satu hal yang tak kalah pentingnya adalah memiliki kemampuan untuk mandiri secara financial guna memastikan bahwa Indeologi Perkumpulan Gita Buana dapat terus dipertahankan dalam menghadapi gempuran perubahan zaman.